Joget Sadbor Beri Penghasilan Lebih Besar, Warga Kampung Margasari Tinggalkan Profesi Kuli Bangunan
SuaraTimurDaily.co.id – Fenomena TikTok telah melahirkan berbagai tren unik, salah satunya adalah Joget Sadbor yang kini sedang ramai diperbincangkan di media sosial.
Tidak hanya sekadar berjoget, Gunawan menciptakan gerakan khas yang ia namakan Ayam Patu, sebuah tarian unik yang menjadi identitasnya.
Dengan akun TikTok dan YouTube bernama @sadbor86, Gunawan secara rutin membawakan tarian ini melalui sesi live streaming.
Kepopuleran joget ini membuat Gunawan semakin dikenal dan berhasil meraih dukungan berupa saweran dari para penontonnya.
Pendapatan dari joget ini bukan hanya berdampak bagi dirinya sendiri, tetapi juga membantu banyak orang di sekitarnya.
Beberapa rekan yang ikut berjoget bersama Gunawan kini mampu membeli motor, merenovasi rumah, bahkan ada yang berhasil memiliki rumah baru.
Fenomena ini turut menarik perhatian warga Kampung Margasari di Sukabumi, tempat Gunawan tinggal.
Banyak warga yang bergabung dengan Gunawan karena penghasilan dari joget lebih besar dibandingkan pekerjaan mereka sebelumnya, seperti menjadi kuli bangunan.
“Saya tertarik bekerja dengan Gunawan karena pendapatannya lebih besar. Dulu saya bekerja sebagai kuli bangunan, tapi sekarang penghasilan dari joget jauh lebih menguntungkan,” ungkap salah satu warga yang ikut serta.
Baca Juga: Debat Publik Perdana Pilkada Bondowoso, Paslon Paparkan Visi Pendidikan hingga Pertanian
Untuk mencapai penghasilan tersebut, Gunawan bekerja keras. Setiap hari, ia bisa berjoget hingga tujuh jam tanpa henti.
Meski melelahkan, Gunawan merasa hasilnya sepadan dengan usahanya. Dalam sebulan, ia bisa mengumpulkan pendapatan hingga Rp 6 juta.
“Kalau sedang ramai, sehari bisa dapat Rp 250 ribu sampai Rp 300 ribu. Tapi kalau sedang sepi, paling hanya Rp 200 ribu. Alhamdulillah, dari joget ini saya bisa merenovasi rumah dan membeli motor,” katanya.
Di balik keuntungan yang diraihnya, Gunawan juga menghadapi tantangan. Popularitasnya disertai dengan berbagai komentar negatif dari netizen.
Beberapa orang menyebutnya sebagai “pengemis online” karena penghasilannya berasal dari saweran penonton.
Baca Juga: Safari Politik di Jatim, Hasto Jalankan Amanat Megawati untuk Pemenangan Pilkada
Namun, Gunawan memilih untuk bersabar dan tidak menanggapi hujatan tersebut.
“Saya sering dihina, dibilang pengemis online. Tapi saya tetap sabar, yang penting saya berharap netizen tidak menghina suku, agama, atau ras,” tutup Gunawan.